Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mandar menggelar nonton bersama pemutaran film The Bajau di warkop T-bink Majene Rabu (04/03) lalu. Pemutaran film yang dirangkaikan dengan diskusi dihadiri langsung oleh sutradara film yang juga Mejelis Pertimbangan Organisasi (MPO) AJI Indonesia, Dandhy Laksono.
Film yang berdurasi 60 menit tersebut menceritakan kehidupan sehari-hari suku Bajo dalam bertahan hidup di tengah maraknya Perusahaan Tambang, di wilayah Gorontalo dan konawe Utara. Selain bercerita mengenai cara bertahan hidup suku bajo, dalam film tersebut juga digambarkan soal kerusakan lingkungan, sebagai akibat dari maraknya perusahaan tambang di wilayah Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Namun di lain sisi, film tersebut juga menggambarkan kiat bertahan suku Bajo, yang hanya mengandalkan laut sebagai sumber kehidupan, sebab untuk mengandalkan daratan sebagai sumber kehidupan, praktis masyarakat Suku Bajo tak bisa melakukan hal tersebut. Pemerintah disana tak memberi mereka ruang, bahkan lahan milik masyarakat bajo dirampas untuk diberikan ke investor.
Dandhy Laksono selaku sutradara mengatakan film tersebut dibuat untuk mengenalkan ke masyarakat mengenai keberadaan suku Bajo serta cara mereka bertahan hidup di laut di tengah gempuran moderenisasi.
“Masyarakat Bajo itu hidupnya di laut, mereka jarang sekali makan beras, mereka lebih sering memakan umbi-umbian. Umbi-umbian sendiri didapatkan ketika ke darat dengan menjual hasil laut,” ungkapnya.
Sang Sutradara juga memaparkan akan bahaya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia itu sendiri dan bepesan agar masyarakat senantiasa menjaga lingkungan.
“The Next Kalimantan Timur itu, Sulawesi Tenggara, alamnya rusak karena maraknya tambang dan minimnya penanaman pohon, jadi jangan heran kalau nantinya masyarakat Sulawesi Tenggara khususnya Konawe Utara akan susah mendapkan air bersih dan berbagai masalah lainnya,” bebernya.
Seorang penonton yang berasal dari Sulawesi Tenggara, Ikram, mengapresiasi film The Bajau. Dia mengatakan Film ini memiliki banyak pesan moral Suku Bajau serta mengajarkan kita untuk lebih bersyukur.
“Film ini memiliki banyak pesan moral bagi penonton dan mengedukasi masyarakat sekitar agar lebih bersyukur” ucapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dirinya sudah mulai merasakan dampak buruk terhadap kerusakan lingkungan akibat adanya beberapa Tambang di Konawe Utara.
“Sebagai warga Sultra lambat laun saya sudah mulai merasa resah dengan maraknya tambang karena akan merusak lingkungan, jika hal ini terus terjadi maka bencana alam telah di depan mata,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mandar, Ridwan Alimuddin mengatakan, kegiatan pemutaran Film juga merupakan salah satu program kerja AJI, terlebih film ini juga diproduksi oleh anggota MPO AJI Indonesia.
“Jadi kita di AJI Kota Mandar ini, program kerjanya tidak melulu soal edukasi jurnalis, tapi edukasi masyarakat juga penting untuk dilakukan, misalnya pemutaran film yang secara tidak langsung mengajarkan masyarakat agar mencintai lingkungan,” tutupnya.
Sumber: https://www.tayang9.com/hadirkan-dandhy-laksono-aji-kota-mandar-gelar-nobar/